Dua pembuat film asal Perancis dan Jepang, tertarik membuat film dokumenter tentang pawang harimau Sumatera. Mereka terbang ke Indonesia khusus memburu kisah hidup pawang harimau yang tersebar di Aceh dan Ranah Minang, Sumatera Barat.
Senin, 22 April 2013, VIVAnews berkesempatan bertemu dua pembuat film ini di Kota Padang. Mereka mengatakan, Indonesia hebat. Balai Konservasi Sumber Daya Alam bisa menangkap harimau Sumatera yang menganggu masyarakat dengan cara tradisional, dengan jasa pawang harimau bisa ditangkap hidup-hidup tanpa melukainya.
"Di Jepang, kalau ada binatang buas masuk ke pemukiman, masyarakat menembaknya," ujar Gaspard Kuents, warga negara Perancis, yang akan menjadi sutradara dalam proyek film dokumenter ini.
Kisah kehebatan pawang harimau Sumatera ini membuat mereka penasaran dan itu sebabnya mereka membuat film. Setelah melakukan riset, mereka memutuskan untuk ke Aceh dan Sumatera Barat. "Kami sampai di Indonesia sudah sebulan. Sebelum ke Padang, kami di Aceh," kata Gaspard.
Di Sumatera Barat, mereka pertama sekali menemui Syamsir Rajo Lelo atau yang akrap disapa Pak Lelo. Mereka mendapat informasi tersebut dari tulisan mahasiswi IAIN Imam Bonjol, Novia Amirah Azmi, yang dipublikasikan di portal berita Lembaga Pers Mahasiswa Suara Kampus. Dengan perantara Novia, mereka sampai di rumah Rajo Lelo Jumat lalu di Padang.
Rajo Lelo pernah menangkap 27 ekor harimau. Harimau hasil tangkapannya itu diserahkan ke BKSDA untuk dipelihara. Kakek kelahiran 1937 ini memiliki kemampuan ini sejak muda. Dia rutin mengikuti pengajian dan ibadah serta ritual lainnya.
Setelah bertemu Pak Lelo, mereka bertolak ke Padangpanjang, Solok dan daerah lainnya yang ada pawang harimaunya. "Kami sudah mempunyai kontak dengan pawang harimau di Solok," katanya.
Film yang akan diberi judul "Anima" ini akan diputar di bioskop luar negeri. Ini merupakan film kedua yang diproduksi mereka untuk bioskop. Film sebelumnya yang berjudul "We don’t care about music anyway" telah diputar di empat negara seperti Amerika, Selandia, Jepang dan Perancis.
Tidak hanya untuk bioskop, Gaspard juga sudah membuat film dokumenter dan sudah mengikuti sekitar 60 festival film dokumenter dari Asia sampai negara-negara di benua lainnya.
Sumber : Viva
Senin, 22 April 2013, VIVAnews berkesempatan bertemu dua pembuat film ini di Kota Padang. Mereka mengatakan, Indonesia hebat. Balai Konservasi Sumber Daya Alam bisa menangkap harimau Sumatera yang menganggu masyarakat dengan cara tradisional, dengan jasa pawang harimau bisa ditangkap hidup-hidup tanpa melukainya.
"Di Jepang, kalau ada binatang buas masuk ke pemukiman, masyarakat menembaknya," ujar Gaspard Kuents, warga negara Perancis, yang akan menjadi sutradara dalam proyek film dokumenter ini.
Kisah kehebatan pawang harimau Sumatera ini membuat mereka penasaran dan itu sebabnya mereka membuat film. Setelah melakukan riset, mereka memutuskan untuk ke Aceh dan Sumatera Barat. "Kami sampai di Indonesia sudah sebulan. Sebelum ke Padang, kami di Aceh," kata Gaspard.
Di Sumatera Barat, mereka pertama sekali menemui Syamsir Rajo Lelo atau yang akrap disapa Pak Lelo. Mereka mendapat informasi tersebut dari tulisan mahasiswi IAIN Imam Bonjol, Novia Amirah Azmi, yang dipublikasikan di portal berita Lembaga Pers Mahasiswa Suara Kampus. Dengan perantara Novia, mereka sampai di rumah Rajo Lelo Jumat lalu di Padang.
Rajo Lelo pernah menangkap 27 ekor harimau. Harimau hasil tangkapannya itu diserahkan ke BKSDA untuk dipelihara. Kakek kelahiran 1937 ini memiliki kemampuan ini sejak muda. Dia rutin mengikuti pengajian dan ibadah serta ritual lainnya.
Setelah bertemu Pak Lelo, mereka bertolak ke Padangpanjang, Solok dan daerah lainnya yang ada pawang harimaunya. "Kami sudah mempunyai kontak dengan pawang harimau di Solok," katanya.
Film yang akan diberi judul "Anima" ini akan diputar di bioskop luar negeri. Ini merupakan film kedua yang diproduksi mereka untuk bioskop. Film sebelumnya yang berjudul "We don’t care about music anyway" telah diputar di empat negara seperti Amerika, Selandia, Jepang dan Perancis.
Tidak hanya untuk bioskop, Gaspard juga sudah membuat film dokumenter dan sudah mengikuti sekitar 60 festival film dokumenter dari Asia sampai negara-negara di benua lainnya.
Sumber : Viva
0 komentar:
Posting Komentar